Setelah beberapa kali mengalami pengunduran dan perubahan rencana, akhirnya resolusi Tahun Baru 2007 yang dibuat Joni, Chika dan Vincent (- yang disebut terakhir, akhirnya menyadari bahwa berbulan madu ternyata lebih mengasyikan daripada naik gunung) pada tanggal 1 Januari 2007 untuk mendaki Gunung Raung di Jember – Jawa Timur akhirnya bisa terlaksana juga.
6 Agustus,
Joni mengabarkan rencana pendakian tersebut dengan peserta Joni,
Awalnya tidak direncanakan jalur yang hendak dilalui, apalagi jalur yang umum digunakan untuk pendakian Gunung Raung adalah jalur dari desa Sumber Wringin – Situbondo – Jawa Timur, namun setelah melihat-lihat di net tentang jalur melalui desa Glenmore dan desa Kalibaru, yang katanya lebih menantang, maka kami berusaha mengumpulkan lebih banyak informasi mengenai kedua jalur tersebut, namun ternyata info yang didapat tidak banyak, apalagi kedua jalur tersebut memang sepi pendakinya, maka dengan modal nekad (ini memang modal kami satu-satunya koq ^^,V) akhirnya diputuskan untuk melakukan pendakian via desa Kalibaru, karena “katanya” lebih memungkinkan untuk mencapai puncak sejati Gunung Raung lewat desa tersebut.
Sementara itu kami berusaha menambah jumlah personil yang mau ikut serta, namun rupa-rupanya nyaris tidak ada rekan kami yang dapat turut serta mengingat waktu persiapan yang mepet dan hari keberangkatan yang tidak bertepatan dengan libur yang cukup lama, namun akhirnya Joni mengabarkan bahwa akhirnya ada tambahan personil yaitu Aan, yang bakal koordinir pemanjatan ke puncak 17, dan Helda.
12 Agustus,
merupakan hari yang kami sepakati untuk belanja bersama di Carefour Puri Indah, dan di
Malam harinya, Aan yang datang ke rumah Joni akhirnya termakan bujukan dan rayuan Joni untuk membatalkan rencananya dan bergabung dengan kami untuk melakukan pendakian Gunung Raung … WELCOME TO THE CLUB MY MAANNN !!!
13-15 Agustus,
Joni dan
16 Agustus,
Tim dari Jakarta yaitu Joni, Grifin, Otong dan Aan berangkat jam 14:00 menggunakan bus menuju ke Surabaya, sementara itu Chika yang berangkat dari Bandung menggunakan kereta api pada jam 19:00, masih sempat membelikan sepatu anak SMP titipan Griffin (yang ternyata engga bawa sepatu bo !!!)
17 Agustus,
Ternyata baik bus dari Jakarta maupun kereta api dari Bandung sama-sama mengalami keterlambatan mencapai Surabaya, sehingga plan B yang dibuat oleh Hasta (seorang rekan di Surabaya) untuk segera menuju Kalibaru untuk menggunakan KA Mutiara Timur tidak dapat terlaksana, oleh karena itu, Hasta lalu menjemput Chika di Stasiun Gubeng lalu mengantarkannya ke Terminal Bungur Asih – Thank’s Ta ! ---
Di Food Court Ramayana Bungur Asih kami sarapan pagi dulu sebelum melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus jurusan
Polsek Kalibaru terletak di Kalibaru Wetan, sebelah Barat dari Stasiun Kalibaru, dan setibanya di sana pada kami melaporkan diri ke Polsek, namun karena dari Polsek dianjurkan untuk melapor di rumah Kepala Desa Kalibaru yang rumahnya terletak tidak jauh, di sebelah Timur Stasiun Kereta Api, maka kami berjalan kaki menuju rumah Kepala Desa. Kebetulan saat itu adzan magrib berkumandang, sehingga rasa-rasanya waktunya kurang tepat untuk bertamu, kami makan malam dulu di warung terdekat. Dari ibu pemilik warung kami mendapatkan informasi bahwa Bapak Kepala Desa sedang tidak berada di rumah karena berkunjung ke desa Wonorejo, sehingga kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke pertigaan dam ... namun ternyata tidak ada orang yang mengetahui letak pertigaan dam T_T ... setelah dibaca ulang, ternyata tercatat bahwa dusun Wonorejo adalah salah satu desa terakhir yang harus dilalui, akhirnya kami memutuskan untuk mencarter pick-up menuju ke Dusun Wonorejo.
Di desa Wonorejo kami diterima di rumah Bapak Sudiro, Kepala Desa Wonorejo, dan beliau menginformasikan bahwa porter merangkap guide yang kami cari ternyata hanya ada 1 orang yang kebetulan sedang berada di desa, namun ternyata orang tersebut juga hendak bepergian, maka Pa' Sudiro memperkenalkan kami dengan Pa' Musni atau dikenal juga dengan nama Pa' Evi (karena anaknya bernama Evi) yang pernah mengantarkan pendaki dari Bali ke Puncak Palsu (Puncak Kalibaru).
Setelah ngobrol-ngobrol dengan Pak Mus, akhirnya beliau setuju untuk membantu kami ditemani dengan seorang saudaranya yaitu Eli alias Tiwul. Karenanya kami segera berbelanja kebutuhan yang masih belum lengkap dan mulai packing carrier yang ternyata ... BERAT BANGET bo !!! Akhirnya selesai packing jam
THE JOURNEY
18 Agustus, POS I
Setelah weker Joni berdering pada pukul
Dari Pondok Pak Sunarya kami menuju ke Pos I (1188 dpl), yang juga memakan waktu kurang lebih 3 jam, jalur mulai mendaki tidak terlalu terjal, namun perjalanan agak terhambat oleh hujan dan jalur yang hilang karena dibuka untuk lahan perkebunan akhirnya sekitar jam 15:00 kami mencapai Pos I dan karena tidak tahu pasti lokasi Pos II maka kami memutuskan untuk bermalam saja alias camping di sini. Kebetulan banyak terdapat pohon honje sehingga kami bisa membuat tenda tambahan yang cukup kokoh, bisa sekalian untuk menjemur baju-baju basah akibat kehujanan siangnya :P
19 Agustus, POS CEMARA
Seperti biasanya kami bangun siang dan bermalas-malasan dulu sebelum akhirnya sarapan pagi dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, jalur mulai menanjak dan banyak dijumpai jelatang, jengat (snip snap ... kata Jone) dan duri-duri yang tidak terkira jumlahnya. Beberapa kali juga jalur terputus akibat longsor maupun pohon tumbang ... sehinggaa para guide beberapa kali harus bolak balik mencari jalur dan ternyata Pos II hanya terletak sekitar 1 jam perjalanan dari Pos I ^^ dan Pos III pun terletak tidak jauh, hanya sekitar 30 menit dari Pos II
Setelah sekitar 3 jam perjalanan kami mencapai Pos IV dan makan siang di sana, dan tak lama kemudian gerimis mulai turun lagi mengiringi perjalanan ke Pos Cemara, tanjakan juga mulai berangsur curam, namun mulai banyak dijumpai pohon cemara dan tentunya duri-duri juga tidak berkurang :(
Kami mencapai Pos Cemara sekitar pukul
20 Agustus, PUNCAK WATES
Pagi ini diawali dengan hujan yang kembali turun sehingga kami memutuskan untuk berangkat lebih siang lagi dari biasanya :D dan ternyata perjalanan hari ini lebih berat lagi dari biasanya juga. Jalur boleh dibilang terjal dan dipenuhi semak duri, banyak bagian jalur yang tertutup rapat sehingga guide kami harus bolak balik mencari jalur. Beberapa kali juga tidak ditemukan jalur yang sudah ada sehingga mereka harus membuka jalur baru yang tentunya sangat melelahkan. Sepanjang perjalanan kami hampir tidak menemukan tempat yang cukup rata untuk makan siang sehingga akhirnya makan siang terlambat.
Akhirnya jam 16:00 kami mencapai puncak Wates, sudah terlalu sore untuk melanjutkan perjalanan ke Ereng-Ereng Bawah sehingga akhirnya kami memutuskan bermalam di sini, meski sebenarnya hampir tidak ada tempat untuk mendirikan tenda karena tempat yang tersedia hanya punggungan yang agak datar, tapi di sini juga untuk pertama kalinya kami melihat sebagian puncak gunung Raung ... wah kayaknya indah banget deh, sampai sampai semua gejala 7L (lemas, letih, lesu, lunglai, lusuh, letoy dan laper) yang kami derita seolah terlupakan
21 Agustus, ERENG-ERENG ATAS - PUNCAK KALIBARU
Agak lebih pagi dari biasanya kami bangun dan berangkat karena 'katanya' jalurnya bakal lebih berat dan lebih panjang dari biasanya ... dan yang 'katanya' itu bener lho karena tanjakannya emang bener-bener thank you! So kami mendaki mendaki dan mendaki lagi, sejak puncak wates vegetasi memang sudah mulai berubah, pohon-pohon tinggi mulai berkurang tapi yang namanya pohon duri tidak berkurang sama sekali. Jam
Setelah mendirikan tenda, beristirahat dan makan siang, kami segera melanjutakan perjalanan menuju ke Puncak Kalibaru yang hanya memakan waktu 30 menit dari Ereng-Ereng atas dan untuk pertama kalinya melihat wajah asli Gunung Raung. Pemandangan dari Puncak Kalibaru sudah cukup WOW, sayang kami hanya berhasil melihat sekilas ke Puncak Sejati karena kabut tebal mulai turun, bahkan pandangan ke Puncak 17 pun hanya samar-samar sehingga kami memutuskan menunggu kabut menghilang untuk memperkirakan jalur pemanjatan esok harinya, namun kabut tidak juga menghilang dan kami yang udah kedinginan memutuskan kembali saja ke Camp.
Di Camp sempat juga terjadi perdebatan apakah memungkinkan bagi kami semua untuk memanjat ke Puncak 17 atau tidak, mengingat waktu dan persediaan air yang terbatas, dan akhirnya diputuskan bahwa Aan yang akan jadi leader besoknya akan memutuskan pada saat pemanjatan ... hmm ... masa kata si Aan aku ga boleh naek ... SWT dah
22 Agustus, PUNCAK 17 - PUNCAK WATES
Akhirnya untuk pertama kalinya kami bangun pagi-pagi atas kesadaran sendiri :P dan untungnya Aan berubah pikiran dan memutuskan bahwa kami semua akan mencoba mencapai Puncak 17, maka setelah berkemas, kami semua mulai menuju ke Puncak Kalibaru. Di sana kami mulai memasang webbing untuk hardness pada tali karmantel dan mulai menelusuri punggungan ke Puncak 17 dengan sistem moving together ... meninggalkan kedua guide kami di Puncak Kalibaru ...
Punggungan pertama tidak terlalu menakutkan, sebelah kiri memang jurang yang curam namun sebelah kiri lebih landai, Otong yang akhirnya menjadi leader bergaya a la Ninja Hattori perlahan mulai menapaki jalur. Sayangnya di perjalanan, kamera Joni yang tidak terpasang kuat di tempatnya meluncur ke jurang sebelah kanan dan tamatlah riwayatnya, untung kameranya sendiri meskipun kondisinya cukup mengenaskan dapat diambil kembali oleh Otong yang dibelay turun ke bawah sekitar 30 meter.
Dari situ jalur agak berbelok ke kanan merayapi tebing yang cukup tinggi dan kembali meniti punggungan sebelum akhirnya dihadang tebing yang nyaris vertikal menuju ke Puncak 17.
Satu persatu akhirnya kami memanjat dan tiba di Puncak 17, wuih happy dong, akhirnya sampe juga ^^ dan dari situ kami Cuma bisa ngiler-ngiler liat Puncak Sejati Gunung Raung yang ditandai oleh tumpukan batu-batu tajam, sayang waktu dan pasak pengaman serta logistik, terutama air yang kita miliki tidak mencukupi sehingga tidak mungkin untuk mencapai Puncak Sejati saat ini.
Oleh karena itu Aan dan Joni akhirnya melanjutkan perjalanan untuk memasang bendera Marsipala dan Liga Climbing di tempat terjauh yang bisa dicapai saat ini, sementara Pa Mus bolak balik memperingatkan kami melalui HT agar kami segera kembali ke Camp karena waktu sudah tidak memungkinkan.
Akhirnya jam 11 siang kami meninggalkan tempat terindah untuk kembali ke Camp dan langsung meneruskan perjalanan turun, sempat dihadang gelap, melalui jalur yang terjal, dipenuhi duri dan lubang serta didera kelelahan (ini sih sebenernya cuma alesan ^^) akhirnya kami kembali bermalam di Puncak Wates, sekali lagi ditemani oleh api unggun yang sangat-sangat besar
23 Agustus - WONOREJO - SURABAYA
Karena keterbatasan air, pagi itu kami hanya makan cereal kreasi Jone sebelum segera meluncur turun secepat-cepatnya kembali ke Dusun Wonorejo, dan akhirnya meski di jalan meski dihadang kehausan, kelaparan dan kehujanan, kami mencapai Pondok Pak Sunarya sekitar pukul 14:00, dimana kami beristirahat sejenak dan minum sepuas-puasnya ... lalu melanjutkan perjalanan ke dusun Wonorejo, untungnya saat kami udah bosan setengah mati menelusuri jalan aspal yang tidak putus-putus, Mas Ely yang mendahului kami segera menjemput kami dengan sepeda motornya ^^ sehingga kami cepat sampai ke rumah Pak Sudiro, Kepala Desa.
Kami memutuskan untuk kembali ke Surabaya malam itu juga, karenanya setelah membersihkan diri kami segera packing dan berpamitan dan diantar oleh Pak Mus, Mas Ely dan beberapa pemuda desa dengan menggunakan sepeda motor ke Stasiun Kereta Api Kalibaru dan setelah farewell party di Warung Sate Kambimg kami segera melanjutkan perjalanan ke Surabaya
24 Agustus - End of Journey .. NOT REALLY THE END !!!
Pagi hari kami tiba di
BUT !!!
Ternyata ada yang ga puas hanya mencapai ke Puncak 17! Dan si DIA ini mengusulkan untuk mengulang pendakian pada saat Lebaran untuk mencapai ke PUNCAK SEJATI !!! ... and that's will be our next journey .. see ya !!
Monday, September 10, 2007
Gerombolan Kaki Berat Mencapai Puncak 17 Gunung Raung 18-23 Agustus 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
salut buat chikie!!!
masih kuat aje...hehehe, buat kalian juga deh...nice pics! bukan orangnya ya...JK!
alumninya marsipala
Hallo gerombolan si berat, cerita pendakian kalian mengesankan sekali, dan catatan perjalanannya juga informatif. rencananya saya ingin menempuh jalur kalibaru juga, mungkin sekitar bulan agustus. Dimana bisa menghubungi salah seorang dari team kalian ? adakah yg berdomisili di Jakarta ? ada no telp bisa saya hubungi ?
terima kasih
lonely tracker
email : thelonelytracker@gmail.com
Post a Comment