Monday, September 10, 2007

Gerombolan Kaki Berat Mencapai Puncak 17 Gunung Raung 18-23 Agustus 2007

Setelah beberapa kali mengalami pengunduran dan perubahan rencana, akhirnya resolusi Tahun Baru 2007 yang dibuat Joni, Chika dan Vincent (- yang disebut terakhir, akhirnya menyadari bahwa berbulan madu ternyata lebih mengasyikan daripada naik gunung) pada tanggal 1 Januari 2007 untuk mendaki Gunung Raung di Jember – Jawa Timur akhirnya bisa terlaksana juga.
6 Agustus,
Joni mengabarkan rencana pendakian tersebut dengan peserta Joni, Griffin, Otong dan Chika, dan sedianya akan dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2007. Sebuah rencana kilat memang dan tanpa banyak persiapan fisik tapi ya gitchuuu deh.
Awalnya tidak direncanakan jalur yang hendak dilalui, apalagi jalur yang umum digunakan untuk pendakian Gunung Raung adalah jalur dari desa Sumber Wringin – Situbondo – Jawa Timur, namun setelah melihat-lihat di net tentang jalur melalui desa Glenmore dan desa Kalibaru, yang katanya lebih menantang, maka kami berusaha mengumpulkan lebih banyak informasi mengenai kedua jalur tersebut, namun ternyata info yang didapat tidak banyak, apalagi kedua jalur tersebut memang sepi pendakinya, maka dengan modal nekad (ini memang modal kami satu-satunya koq ^^,V) akhirnya diputuskan untuk melakukan pendakian via desa Kalibaru, karena “katanya” lebih memungkinkan untuk mencapai puncak sejati Gunung Raung lewat desa tersebut.
Sementara itu kami berusaha menambah jumlah personil yang mau ikut serta, namun rupa-rupanya nyaris tidak ada rekan kami yang dapat turut serta mengingat waktu persiapan yang mepet dan hari keberangkatan yang tidak bertepatan dengan libur yang cukup lama, namun akhirnya Joni mengabarkan bahwa akhirnya ada tambahan personil yaitu Aan, yang bakal koordinir pemanjatan ke puncak 17, dan Helda.
12 Agustus,
merupakan hari yang kami sepakati untuk belanja bersama di Carefour Puri Indah, dan di sana kami ditemani Cabul dan yayangnya untuk membuat rencana detail di Hanamasa. Ternyata ada “kabar buruk” bahwa Aan dan Helda tidak jadi berangkat T_T, karena Aan ada rencana ke Menado … sedih sekali, padahal Aan kan mau dijadiin porter :P, so akhirnya kita memutuskan membuat rencana “penculikan Aan” supaya mau dan bisa ikutan
Malam harinya, Aan yang datang ke rumah Joni akhirnya termakan bujukan dan rayuan Joni untuk membatalkan rencananya dan bergabung dengan kami untuk melakukan pendakian Gunung Raung … WELCOME TO THE CLUB MY MAANNN !!!
13-15 Agustus,
Joni dan Griffin mengisi hari-harinya dengan melakukan latihan fisik sementara itu Chika yang ‘ndut dengan nyaman bersantai di rumahnya di Bandung. Otong dan Aan kayaknya sih gak perlu latihan lagi karena udah kuatttt!!
16 Agustus,
Tim dari Jakarta yaitu Joni, Grifin, Otong dan Aan berangkat jam 14:00 menggunakan bus menuju ke Surabaya, sementara itu Chika yang berangkat dari Bandung menggunakan kereta api pada jam 19:00, masih sempat membelikan sepatu anak SMP titipan Griffin (yang ternyata engga bawa sepatu bo !!!)
17 Agustus,
Ternyata baik bus dari Jakarta maupun kereta api dari Bandung sama-sama mengalami keterlambatan mencapai Surabaya, sehingga plan B yang dibuat oleh Hasta (seorang rekan di Surabaya) untuk segera menuju Kalibaru untuk menggunakan KA Mutiara Timur tidak dapat terlaksana, oleh karena itu, Hasta lalu menjemput Chika di Stasiun Gubeng lalu mengantarkannya ke Terminal Bungur Asih – Thank’s Ta ! ---
Di Food Court Ramayana Bungur Asih kami sarapan pagi dulu sebelum melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus jurusan Surabaya - Jember (biaya Rp.40.000,-) dan tiba di Jember pada. Di Jember kami sempat dikerubuti calo yang menawarkan jasa mengantar sampai ke Polsek Kalibaru dengan biaya Rp.200.000,- namun setelah bertanya-tanya, tentu saja kami tolak karena dengan naik bus jurusan Jember - Banyuwangi tarifnya hanya Rp.16.000,-/orang, maka setelah melepas dahaga dan sedikit berbelanja aqua, rokok dan TAPE ^^ kami melanjutkan perjalanan menuju Kalibaru.
Polsek Kalibaru terletak di Kalibaru Wetan, sebelah Barat dari Stasiun Kalibaru, dan setibanya di sana pada kami melaporkan diri ke Polsek, namun karena dari Polsek dianjurkan untuk melapor di rumah Kepala Desa Kalibaru yang rumahnya terletak tidak jauh, di sebelah Timur Stasiun Kereta Api, maka kami berjalan kaki menuju rumah Kepala Desa. Kebetulan saat itu adzan magrib berkumandang, sehingga rasa-rasanya waktunya kurang tepat untuk bertamu, kami makan malam dulu di warung terdekat. Dari ibu pemilik warung kami mendapatkan informasi bahwa Bapak Kepala Desa sedang tidak berada di rumah karena berkunjung ke desa Wonorejo, sehingga kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke pertigaan dam ... namun ternyata tidak ada orang yang mengetahui letak pertigaan dam T_T ... setelah dibaca ulang, ternyata tercatat bahwa dusun Wonorejo adalah salah satu desa terakhir yang harus dilalui, akhirnya kami memutuskan untuk mencarter pick-up menuju ke Dusun Wonorejo.
Di desa Wonorejo kami diterima di rumah Bapak Sudiro, Kepala Desa Wonorejo, dan beliau menginformasikan bahwa porter merangkap guide yang kami cari ternyata hanya ada 1 orang yang kebetulan sedang berada di desa, namun ternyata orang tersebut juga hendak bepergian, maka Pa' Sudiro memperkenalkan kami dengan Pa' Musni atau dikenal juga dengan nama Pa' Evi (karena anaknya bernama Evi) yang pernah mengantarkan pendaki dari Bali ke Puncak Palsu (Puncak Kalibaru).
Setelah ngobrol-ngobrol dengan Pak Mus, akhirnya beliau setuju untuk membantu kami ditemani dengan seorang saudaranya yaitu Eli alias Tiwul. Karenanya kami segera berbelanja kebutuhan yang masih belum lengkap dan mulai packing carrier yang ternyata ... BERAT BANGET bo !!! Akhirnya selesai packing jam 23:30 kami memutuskan untuk beristirahat di loteng rumah Pa' Sudiro

THE JOURNEY
18 Agustus, POS I
Setelah weker Joni berdering pada pukul 03:30 subuh, maka kami memutuskan untuk segera TIDUR LAGI, dan akhirnya bangun juga setelah matahari mulai bersinar cerah. Tak lama kemudian kedua guide kami datang dan setelah sarapan akhirnya perjalanan dimulai juga menuju ke Pondok Pak Sunarya ... yang memakan waktu sekitar 3 jam dari dusun Wonorejo, namun kami menyesal juga tidak mempergunakan ojek saja karena sepanjang perjalanan banyak motor berseliweran. Jalan ke Pondok Pak Sunarya (922 dpl) ini masih merupakan jalan dusun dan melalui perkebunan kopi dan di sini kami masih dapat mengisi persediaan air untuk terakhir kalinya.
Dari Pondok Pak Sunarya kami menuju ke Pos I (1188 dpl), yang juga memakan waktu kurang lebih 3 jam, jalur mulai mendaki tidak terlalu terjal, namun perjalanan agak terhambat oleh hujan dan jalur yang hilang karena dibuka untuk lahan perkebunan akhirnya sekitar jam 15:00 kami mencapai Pos I dan karena tidak tahu pasti lokasi Pos II maka kami memutuskan untuk bermalam saja alias camping di sini. Kebetulan banyak terdapat pohon honje sehingga kami bisa membuat tenda tambahan yang cukup kokoh, bisa sekalian untuk menjemur baju-baju basah akibat kehujanan siangnya :P
19 Agustus, POS CEMARA
Seperti biasanya kami bangun siang dan bermalas-malasan dulu sebelum akhirnya sarapan pagi dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, jalur mulai menanjak dan banyak dijumpai jelatang, jengat (snip snap ... kata Jone) dan duri-duri yang tidak terkira jumlahnya. Beberapa kali juga jalur terputus akibat longsor maupun pohon tumbang ... sehinggaa para guide beberapa kali harus bolak balik mencari jalur dan ternyata Pos II hanya terletak sekitar 1 jam perjalanan dari Pos I ^^ dan Pos III pun terletak tidak jauh, hanya sekitar 30 menit dari Pos II
Setelah sekitar 3 jam perjalanan kami mencapai Pos IV dan makan siang di sana, dan tak lama kemudian gerimis mulai turun lagi mengiringi perjalanan ke Pos Cemara, tanjakan juga mulai berangsur curam, namun mulai banyak dijumpai pohon cemara dan tentunya duri-duri juga tidak berkurang :(
Kami mencapai Pos Cemara sekitar pukul 15:00 dan hujan mulai turun dengan cukup deras, oleh karenanya kami segera membangun tenda meskipun di Pos ini tanahnya miring banget !! Segera setelah tenda berhasil didirikan, Pa Mus menyalakan api unggun dan acara santai kembali dilanjutkan.
20 Agustus, PUNCAK WATES
Pagi ini diawali dengan hujan yang kembali turun sehingga kami memutuskan untuk berangkat lebih siang lagi dari biasanya :D dan ternyata perjalanan hari ini lebih berat lagi dari biasanya juga. Jalur boleh dibilang terjal dan dipenuhi semak duri, banyak bagian jalur yang tertutup rapat sehingga guide kami harus bolak balik mencari jalur. Beberapa kali juga tidak ditemukan jalur yang sudah ada sehingga mereka harus membuka jalur baru yang tentunya sangat melelahkan. Sepanjang perjalanan kami hampir tidak menemukan tempat yang cukup rata untuk makan siang sehingga akhirnya makan siang terlambat.
Akhirnya jam 16:00 kami mencapai puncak Wates, sudah terlalu sore untuk melanjutkan perjalanan ke Ereng-Ereng Bawah sehingga akhirnya kami memutuskan bermalam di sini, meski sebenarnya hampir tidak ada tempat untuk mendirikan tenda karena tempat yang tersedia hanya punggungan yang agak datar, tapi di sini juga untuk pertama kalinya kami melihat sebagian puncak gunung Raung ... wah kayaknya indah banget deh, sampai sampai semua gejala 7L (lemas, letih, lesu, lunglai, lusuh, letoy dan laper) yang kami derita seolah terlupakan
21 Agustus, ERENG-ERENG ATAS - PUNCAK KALIBARU
Agak lebih pagi dari biasanya kami bangun dan berangkat karena 'katanya' jalurnya bakal lebih berat dan lebih panjang dari biasanya ... dan yang 'katanya' itu bener lho karena tanjakannya emang bener-bener thank you! So kami mendaki mendaki dan mendaki lagi, sejak puncak wates vegetasi memang sudah mulai berubah, pohon-pohon tinggi mulai berkurang tapi yang namanya pohon duri tidak berkurang sama sekali. Jam 12:00 gerimis mulai turun, untuk tak lama kemudian kami mencapai Ereng-Ereng Atas yang merrupakan Camp terakhir.
Setelah mendirikan tenda, beristirahat dan makan siang, kami segera melanjutakan perjalanan menuju ke Puncak Kalibaru yang hanya memakan waktu 30 menit dari Ereng-Ereng atas dan untuk pertama kalinya melihat wajah asli Gunung Raung. Pemandangan dari Puncak Kalibaru sudah cukup WOW, sayang kami hanya berhasil melihat sekilas ke Puncak Sejati karena kabut tebal mulai turun, bahkan pandangan ke Puncak 17 pun hanya samar-samar sehingga kami memutuskan menunggu kabut menghilang untuk memperkirakan jalur pemanjatan esok harinya, namun kabut tidak juga menghilang dan kami yang udah kedinginan memutuskan kembali saja ke Camp.
Di Camp sempat juga terjadi perdebatan apakah memungkinkan bagi kami semua untuk memanjat ke Puncak 17 atau tidak, mengingat waktu dan persediaan air yang terbatas, dan akhirnya diputuskan bahwa Aan yang akan jadi leader besoknya akan memutuskan pada saat pemanjatan ... hmm ... masa kata si Aan aku ga boleh naek ... SWT dah
22 Agustus, PUNCAK 17 - PUNCAK WATES
Akhirnya untuk pertama kalinya kami bangun pagi-pagi atas kesadaran sendiri :P dan untungnya Aan berubah pikiran dan memutuskan bahwa kami semua akan mencoba mencapai Puncak 17, maka setelah berkemas, kami semua mulai menuju ke Puncak Kalibaru. Di sana kami mulai memasang webbing untuk hardness pada tali karmantel dan mulai menelusuri punggungan ke Puncak 17 dengan sistem moving together ... meninggalkan kedua guide kami di Puncak Kalibaru ...
Punggungan pertama tidak terlalu menakutkan, sebelah kiri memang jurang yang curam namun sebelah kiri lebih landai, Otong yang akhirnya menjadi leader bergaya a la Ninja Hattori perlahan mulai menapaki jalur. Sayangnya di perjalanan, kamera Joni yang tidak terpasang kuat di tempatnya meluncur ke jurang sebelah kanan dan tamatlah riwayatnya, untung kameranya sendiri meskipun kondisinya cukup mengenaskan dapat diambil kembali oleh Otong yang dibelay turun ke bawah sekitar 30 meter.
Dari situ jalur agak berbelok ke kanan merayapi tebing yang cukup tinggi dan kembali meniti punggungan sebelum akhirnya dihadang tebing yang nyaris vertikal menuju ke Puncak 17.
Satu persatu akhirnya kami memanjat dan tiba di Puncak 17, wuih happy dong, akhirnya sampe juga ^^ dan dari situ kami Cuma bisa ngiler-ngiler liat Puncak Sejati Gunung Raung yang ditandai oleh tumpukan batu-batu tajam, sayang waktu dan pasak pengaman serta logistik, terutama air yang kita miliki tidak mencukupi sehingga tidak mungkin untuk mencapai Puncak Sejati saat ini.
Oleh karena itu Aan dan Joni akhirnya melanjutkan perjalanan untuk memasang bendera Marsipala dan Liga Climbing di tempat terjauh yang bisa dicapai saat ini, sementara Pa Mus bolak balik memperingatkan kami melalui HT agar kami segera kembali ke Camp karena waktu sudah tidak memungkinkan.
Akhirnya jam 11 siang kami meninggalkan tempat terindah untuk kembali ke Camp dan langsung meneruskan perjalanan turun, sempat dihadang gelap, melalui jalur yang terjal, dipenuhi duri dan lubang serta didera kelelahan (ini sih sebenernya cuma alesan ^^) akhirnya kami kembali bermalam di Puncak Wates, sekali lagi ditemani oleh api unggun yang sangat-sangat besar
23 Agustus - WONOREJO - SURABAYA
Karena keterbatasan air, pagi itu kami hanya makan cereal kreasi Jone sebelum segera meluncur turun secepat-cepatnya kembali ke Dusun Wonorejo, dan akhirnya meski di jalan meski dihadang kehausan, kelaparan dan kehujanan, kami mencapai Pondok Pak Sunarya sekitar pukul 14:00, dimana kami beristirahat sejenak dan minum sepuas-puasnya ... lalu melanjutkan perjalanan ke dusun Wonorejo, untungnya saat kami udah bosan setengah mati menelusuri jalan aspal yang tidak putus-putus, Mas Ely yang mendahului kami segera menjemput kami dengan sepeda motornya ^^ sehingga kami cepat sampai ke rumah Pak Sudiro, Kepala Desa.
Kami memutuskan untuk kembali ke Surabaya malam itu juga, karenanya setelah membersihkan diri kami segera packing dan berpamitan dan diantar oleh Pak Mus, Mas Ely dan beberapa pemuda desa dengan menggunakan sepeda motor ke Stasiun Kereta Api Kalibaru dan setelah farewell party di Warung Sate Kambimg kami segera melanjutkan perjalanan ke Surabaya
24 Agustus - End of Journey .. NOT REALLY THE END !!!
Pagi hari kami tiba di Surabaya, dan kami berpisah di Stasiun Gubeng, Griffin menuju ke kampung halamannya di Kudus, Otong ke Semarang, Aan, Chika dan Joni ke Bandung ... well ... that's the end of our journey
BUT !!!
Ternyata ada yang ga puas hanya mencapai ke Puncak 17! Dan si DIA ini mengusulkan untuk mengulang pendakian pada saat Lebaran untuk mencapai ke PUNCAK SEJATI !!! ... and that's will be our next journey .. see ya !!

Tuesday, September 4, 2007

Thanks To You My Friends !

Ini adalah kutipan dari blog pribadiku :

Tuesday, December 19, 2006

Being at the top of my world

Gunung adalah candu bagiku, penghias mimpi-mimpiku, suatu kerinduan yang tidak pernah terpuaskan, suatu kebebasan yang tak pernah seutuhnya tergapai...
Sayangnya belakangan ini makin jarang aku punya kesempatan kembali ke gunung, selain waktu terutama juga karena rekan sehati makin berkurang seiring bertambahnya usia, sampai kadang-kadang aku memaksakan diri juga pergi meski bareng anak-anak kuliah, bahkan yang masih SMA ...
Bahkan teman-teman kuliah yang dulunya sama-sama di Marsipala juga ada yang terheran-heran ... "loe masih naek gunung Chik?!" ... well, gimana yah ...tapi gunung adalah hidupku, aku mencintai setiap tanjakan, setiap lembah dan turunnya kabut di setiap gunung yang kudaki, aku menikmati kelelahan, kehujanan, kedinginan dan bahkan keputus-asaan saat mendaki terjalnya jalan ke puncak dan semuanya itu jadi magnet bagiku untuk lagi-lagi balik ke gunung.
Awal kecintaanku pada gunung adalah pendakian pertamaku ke Gede tahun 1989 saat masih baru kuliah semester 1, meski sering camping aku belum pernah naik gunung, dan di sana aku menemukan suatu kesenangan, kepuasan dan keindahan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Boleh dikatakan sejak saat itu aku hampir tidak dapat terlepaskan dari satu gunung ke gunung yang lainnya.
Saat itu keinginanku adalah mendaki semua gunung di atas 3000dpl di pulau Jawa, Bali dan Lombok. Sebagian puncak berhasil tercapai, sayangnya hingga kini aku belum berhasil mendaki Gn. Merapi dan Gn. Raung, semoga saja cita-cita itu masih bisa terpenuhi dalam beberapa tahun ini


Thank's banget buat teman-temanku Gerombolan Kaki Berat, Joni, Aan, Griffin dan Otong yang telah membuat mimpi gue, penantian gue selama 12 tahun ini tercapai, terutama special thanks buat Joni yang dengan setia menemani gue meski gue jalannya lambat banget, juga buat Aan yang jadi pahlawanku di hari pertama yang bener2 shocking ^^


Monday, September 3, 2007

Foto Ekspedisi Raung Bag 6 (22 Agustus 2007)


Pemandangan dari Ereng-Ereng atas, guys tolong dirapiin ya ^^,v ga sempet aku


Puncak 17

















Foto Ekspedisi Raung Bag 5 (21 Agustus 2007)





































Perjuangan beberapa hari menuju puncak Gunung Raung akhirnya membuahkan hasil juga. sayang cuaca kurang mendukung untuk melihat jalur menuju Puncak 17, bahkan Puncak Sejati sama sekali tidak terlihat. Akhirnya setelah kedinginan menunggu kabut menipis tanpa ada hasil kami memutuskan untuk kembali ke Pos Ereng-Ereng Atas dan bermalam di sana.

Foto Ekspedisi Raung Bag 4 (20 Agustus 2007)












































Hujan pagi hari di Pos Cemara membuat kami berangkat lebih siang dari seharusnya. Jalur pun makin menanjak dan dipenuhi semak berduri sehingga pendakian memakan waktu yang lebih lama. Akhirnya sore hari kami berhasil juga mencapai Puncak Wates dan memutuskan untuk bermalam di sana, ditemani api unggun yang berkobar sangat sangat besar!

Foto Ekspedisi Raung Bag 3 (19 Agustus 2007)



























Perjalanan dari Pos I mulai terasa sulit karena jalur tertutup oleh semak berduri hingga kedua pemandu kami harus bolak balik menebas semak untuk membuka jalur. Lagi-lagi dihadang hujan, kami pun beristirahat di Pos Cemara. Pemandangan di sini indah, walau Gunung Raung belum menampakan dirinya.

Foto Ekspedisi Raung Bag 2 (18 Agustus 2007)



























Pendakian dimulai dari Wonorejo berjalan melalui perkebunan kopi menuju ke Pondok Pak Sunarya, dimana kami mengisi persediaan air untuk terakhir kalinya, lalu mulai memasuki hutan. Sempat dihadang hujan, akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di Pos I